15 Jul 2011

Which One is More Controllable : Price or Expenses ?

Oleh : Maria Donna

Price (harga jual) dan Expenses (biaya) adalah dua komponen yang menentukan besarnya perolehan laba perusahaan. Setiap perusahaan ingin mendapatkan prestasi yang baik dengan melakukan penjualan yang tinggi dan mengeluarkan biaya yang serendah mungkin.

Harga jual dan biaya merupakan variable yang dapat dikendalikan. Tanpa adanya pengendalian yang baik, penjualan dan biaya tidak bisa tercapai sesuai harapan.

Expenses (Biaya)

Tidak ada satu biayapun yang tidak dapat dikendalikan. Semua kegiatan yang menimbulkan biaya harus mendapat otorisasi dari orang-orang yang bertanggungjawab pada kegiatan tersebut, oleh karena itu biaya dapat dikendalikan pada tingkatan manajemen tertentu. 

Biaya penyusutan sekalipun, bisa dikendalikan. Mungkin pada jangka pendek tidak dapat dikendalikan, tetapi terkendali pada jangka panjang. Dalam hal ini manajemen puncak memegang kendali saat mengambil keputusan untuk mengganti mesin lama.

Pengendalian biaya berarti serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya.

Pengendalian biaya dapat dibagi dalam empat langkah, sebagai berikut:

a. Menetapkan standar untuk biaya;

Penggunaan perangkat biaya standar menjadi salah satu alternatif perusahaan untuk menunjang proses pengendalian biaya produksi.

Dalam penentuan biaya standar perunit manajer dihadapkan 2 keputusan yaitu :
1. jumlah input perunit output.
2. jumlah yang harus dibayar untuk jumlah input yang dipergunakan.
Tahap ini merupakan tahap dilakukannya perencanaan biaya, penyusunan budget-budget biaya yang realistis untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban.

b. Membandingkan antara biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya;

Lakukan evaluasi atas setiap biaya yang telah terjadi, bandingkan dengan budget yang telah dibuat.

c.  Pertanggungjawaban

Jika terjadi penyimpanyan biaya, tentukan bagian organisasi perusahaan ataupun diluarnya yang bertanggung  jawab atas adanya penyimpangan, dan

d. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri penyimpangan.

Price (Harga Jual)

Harga merupakan variable yang dapat dikendalikan. Penetapan harga semata-mata tergantung pada kebijakan perusahaan dengan pertimbangan berbagai hal.

‘Harga merepresentasikan mutu suatu produk. Harga bertujuan untuk memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi atau lebih tinggi dari kualitas pesaing. Biasanya harga ditentukan setinggi mungkin, karena masih ada anggapan bahwa produk yang berkualitas adalah produk yang harganya lebih tinggi dari harga pesaing’ (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Tidak semua produk bisa menganut teori tersebut, harus diperhatikan juga situasi pasar. Berikut beberapa strategi untuk menentukan besarnya harga jual :

Empat strategi menentukan harga jual
 
1. Cost based pricing (Strategi menetapkan harga jual atas dasar biaya)
Harga jual ditetapkan setelah menghitung biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi.
Dengan dasar ini, ada dua cara menentukan harga jual :
-  Cost plus pricing
    Harga jual = harga pokok produksi + persentase laba yang ditetapkan

Persentase laba yang akan ditetapkan, dipastikan cukup untuk menutup biaya operasi dan laba yang diharapkan.

-  Target profit pricing
    Harga jual produk ditetapkan dengan tujuan akan memberikan target keuntungan pada suatu tingkat total
    biaya dengan suatu volume produksi standar yang diperkirakan.

2. Strategi situasi pasar

Harga jual ditetapkan berdasarkan hukum penawaran dan permintaan yang sedang terjadi dipasar.
Dalam teori ekonomi pasar, terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling bertemu membentuk titik pertemuan harga dan kuantitas. Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Di sini penentuan harga dilakukan berdasarkan hukum penawaran dan permintaan yang ada di pasar. Kalau permintaan meningkat sementara penawarannya tetap atau malah menurun, sudah tentu harganya akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kalau pasokan barang berlimpah di pasar sementara permintaan dari pelanggan tetap, harganya cenderung akan turun.

3. Competition based pricing (Strategi menetapkan harga jual berdasarkan pesaing)

Sebelum menetapkan harga jual, lebih dahulu miliki data harga produk pesaing yang ada di pasar. Setelah itu baru putuskan memasang harga di bawah atau pada tingkat harga rata-rata produk serupa milik pesaing dipasaran.
Untuk mengatakan murah atau mahalnya harga suatu produk menurut konsumen, perlu terlebih dahulu dibandingkan dengan produk serupa yang dijual perusahaan lain.

Dengan strategi ini, ada dua cara menentukan harga jual :

-    Going rate pricing (penetapan harga rata-rata)

Harga jual = harga jual yang ditetapkan pesaing

Jika perusahaan mengalami kesukaran dalam mengukur biaya, dan kesulitan memprediksi reaksi para pembeli dan saingan, agar tidak mengganggu keseimbangan harga di pasar lebih baik mengikuti harga yang berlaku di pasar.

-    Sealed bid pricing (penetapan harga tender)

Harga jual < harga jual yang ditetapkan pesaing
   
Strategi ini ditetapkan untuk produk yang biasanya dicari oleh pembeli dengan harga yang paling rendah dengan spesifikasi yang ditrtapkan.

4. Value based pricing (Strategi menetapkan harga jual berdasarkan permintaan)

Harga jual ditetapkan berdasarkan nilai produk tersebut di mata konsumen atau biasa dikenal Perceive Value Pricing. Cara ini dilakukan jika produk tersebut merupakan produk inovatif atau memiliki keunggulan daya saing yang kuat dibanding produk lainnya. Bisa juga memiliki perbedaan yang cukup menonjol yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.

Jadi, biaya dan harga jual, sesungguhnya bisa dikendalikan dengan kebijakan yang terencana, mana yang lebih bisa dikendalikan?

24 Mei 2011

Proaktif Vs Reaktif


Oleh : Ria Felissa
Kalau kita melihat pada sekeliling, maka kita akan melihat adanya orang-orang yang sukses, organisasi atau badan bisnis yang mapan, negara-negara yang maju dan kuat. Dan hal ini terjadi karena sikap proaktif dari orang/pribadi yang ada.

Namun sebaliknya, kita juga menemukan banyak orang yang terpuruk, organisasi bisnis yang ambruk, negara yang bangkrut, karena langkah-langkah yang reaktif. Persoalan yang datang tidak diselesaikan secara sistematis. Kalaupun ada rencana, maka rencana itu hanya sebatas rencana dan tidak berbuah tindakan.

Mereka yang proaktif selalu memiliki visi ke depan. Mereka memandang masa depan dengan penuh optimisme, selalu aktif memikirkan apa yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas hidupannya, dan segera ambil aksi untuk mewujudkannya.
Berbeda dengan mereka yang proaktif, orang-orang yang reaktif hanya bisa mengeluhkan keadaan atau menyalahkan orang lain. Mereka selalu merasa menjadi korban dari lingkungan sekitar.

Kita sendiri bisa menilai apakah kita termasuk golongan orang proaktif atau reaktif. Berikut ada cek list singkat berupa statement-statement yang keluar dari orang reaktif dan proaktif, apa yang sering anda ucapkan ?

REAKTIF
PROAKTIF
Tidak ada yang dapat saya lakukan
Mari lihat pilihan apa saja yang kita miliki
Memang begitulah adanya saya
Saya dapat melakukan pendekatan yang berbeda
Mereka tidak akan mengizinkan itu
Saya dapat memberikan presentasi yang membuat mereka terkesan
Saya terpaksa melakukan itu
Saya akan memilih respon yang sesuai
Saya tidak bisa
Saya memilih untuk ….
Saya harus
Saya lebih suka untuk ….
Seandainya saja
Saya akan ….

Sikap proaktif akan membawa kita pada kesuksesan dan keberhasilan karena sikap ini membuat kita fokus 100% atas kemampuan kita pada hal-hal yang memang berkontribusi pada keberhasilan. Berbeda dengan sikap reaktif yang cenderung meributkan hal-hal kecil yang tidak penting atau tidak dapat diubah.

Sikap proaktif juga membuat kita mudah memperbaiki diri karena kita sadar bahwa nasib tergantung dari usaha yang kita lakukan. Berbeda dengan sikap reaktif yang memilih untuk resisten terhadap perubahan.

Tertarik menjadi pribadi yang lebih proaktif? silakan coba 6 langkah berikut :
1. Bertanggung jawablah atas semua tindakan Anda. Anda adalah pilot dari hidup Anda sendiri. Baik-buruknya kehidupan Anda adalah konsekuensi dari pilihan yang Anda ambil.
2. Tindakan diambil secara sadar berdasarkan nilai-nilai yang diyakini. Saat seorang pilot tengah membawa pesawatnya melalui badai, maka ia akan melakukan segala hal yang bertujuan membawa pesawatnya dengan selamat.
3. Berpikir sebelum bertindak. Seorang pilot tidak bertindak berdasarkan ‘feeling’ semata, namun telah mendasarinya atas pemikiran.
4. Mampu mengambil keputusan yang tepat, walau berada dalam situasi yang buruk. Sebagai seorang pilot yang tengah menghadapi badai, pilihan Anda hanya dua: bertindak aktif menyelamatkan pesawat, atau pasrah membiarkannya hancur terhempas.
5. Mampu berpikir jernih dalam setiap situasi, tidak mudah terpancing emosi. Di tengah badai, seorang pilot tidak boleh membiarkan dirinya kalut atau panik. Ia harus tetap tenang dan membuat keputusan terbaik.
6. Fokus pada hal-hal yang bisa diubah dan tidak mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa diubah. Seorang pilot tidak akan menggerutu mengapa badai tiba-tiba datang, namun ia memfokuskan pikiran dan tenaganya untuk melakukan yang terbaik demi melewati badai.

Untuk menjadi pribadi proaktif tentu tidak mudah, akan ada banyak sekali godaan dan tantangan yang bisa mematikan semangat proaktif. Tetapi yang jelas, dengan sikap proaktif kita punya peluang lebih besar untuk sukses. Mengapa? Karena energi kita 100% digunakan untuk mengubah keadaan, bukan sekedar meratapinya.

Pilihan ada di tangan Anda. Apakah Anda ingin menjadi pribadi yang proaktif, selalu berpikiran positif dan akhirnya meraih kesuksesan atau hanya menjadi orang yang selalu berkeluh kesah, tidak bersyukur dengan yang sudah Anda dapatkan dan selalu menyalahkan orang lain atas kegagalan Anda.

23 Mei 2011

What is Leadership ?


Oleh : Ria Felissa

Siapa yang tidak kenal Mahatma Gandhi, seorang tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan India tanpa melalui jalan kekerasan. Atau Muhammad Yunus, orang yang memenangkan Nobel Perdamaian karena keberhasilannya mengentaskan kemiskinan di Bangladesh melalui kredit usaha mikro. Kegigihan kedua orang tersebut sungguh memiliki pengaruh yang luar biasa di lingkungannya yang akan mengubah paradigma kehidupan dan memperbaiki kehidupan banyak orang

Bila ditelusuri, kekuatan pada pemimpin bisnis dan tokoh dunia terletak pada visinya. Agar seorang pemimpin memiliki visi yang kuat, ada beberapa persyaratan yang harus dimilki, yaitu :

Pertama, integritas dan kemampuan intelektual yang tinggi (IQ). Kecerdasan ini diperlukan agar pemimpin dapat membawa pengikutnya ke arah tujuan yang diinginkan. Tanpa kecerdasan ini seseorang akan sulit mengetahui keinginan dirinya sendiri.

Kedua, seorang pemimpin harus memiliki keahlian untuk memproses apa yang dipikirkannya (EQ) dan yang tak kalah penting, dia juga harus bisa memimpin dengan hati nuraninya.

Ketiga, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi dan berstrategi dengan baik. Yang paling utama adalah ia harus bisa dijadikan panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Leadership atau kepemimpinan dapat dimengerti sebagai semua hal yang berhubungan dengan perilaku seorang pemimpin. Pemimpin yang baik akan diikuti dengan sukarela oleh bawahannya, sebab mereka percaya dan menghormatinya.

Pada dasarnya seorang pemimpin harus mengetahui kemampuan, kelebihan dan kekurangan anggotanya. Mengetahui kekuatan dan kelemahan bertujuan supaya nantinya bisa membangun tim terbaik Anda. Rencanakan dengan seksama bagaimana Anda dan tim Anda mampu mencapai tujuan perusahaan.

Konsep leadership atau kepemimpinan akan mudah dimengerti apabila diterapkan dalam kehidupan pribadi. Dengan begitu, kemampuan kepemimpinan akan terasah dengan sendirinya. Pilihlah orang-orang terbaik dan bantulah mereka untuk berkembang, baik melalui pelatihan maupun pengalaman serta berilah dukungan saat mereka memikul beban kerja yang besar.

Manajemen vs Leadership

Manajemen lebih banyak bersandar pada keahlian merencanakan, mengorganisir dan berkomunikasi, sementara Leadership tidak hanya bersandar pada kemampuan manajerial, tetapi juga pada integritas, kejujuran, kerendahan hati, komitmen, kebijaksanaan dan keyakinan. Beberapa orang dilahirkan secara alami dengan sifat-sifat ini. Namun demikian, siapa pun yang ingin menjadi pemimpin, tentu saja harus mengembangkan kemampuan leadership-nya terlebih dahulu.

22 Mei 2011

Sikap Mental Yang Benar Seorang Salesman



Oleh : Rutch Helena

(Vibizmanagement - Sales) - Siapa saja bisa menjadi seorang penjual baik tua maupun muda. Tetapi banyak orang yang enggan untuk menjadi seorang salesman, disebabkan oleh beberapa faktor, satu diantaranya ialah takut ditolak oleh customer. Banyak salesman hanya ingin closing saja, tetapi tidak siap menghadapi penolakan dan penolakan. Rintangan dan halangan akan selalu ditemui dalam setiap penjualan. Bagaimana pribadi masing-masing salesman menyikapinya akan berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Anda mesti menyiapkan mental untuk bisa mencapai goal yang Anda ingin capai, sekalipun dihadapan Anda ada batu besar yang menghalangi langkah Anda.

Berikut ini beberapa sikap mental yang benar harus dimiliki oleh seorang salesman supaya berhasil dalam penjualan:

Optimis
Sebelum Anda melakukan penjualan Anda harus optimis dengan diri Anda dan juga dengan barang dan jasa yang akan Anda pasarkan. Anda harus yakin bahwa apa yang Anda akan jual pasti akan menemukan pembeli yang tepat dan pasti akan laku. Anda harus yakin bisa menjual kepada siapapun baik orang biasa ataupun orang yang punya kedudukan sekalipun. Jangan bersikap pesimis, karena akan mematikan motivasi dan langkah Anda untuk menjual.
Ada pepatah mengatakan "If you say you can, yes you are right. And if you say you can't, yes you are right too". Jika anda mengatakan Anda bisa menjual maka anda akan berhasil menjual tapi jika Anda mengatakan Anda tidak bisa menjual maka jadilah seperti yang Anda katakan.

Proaktif

Anda harus menjadi pribadi yang proaktif jangan reaktif, yang artinya Anda bergerak menjual jika ada yang memulai. Jika Anda memiliki ide kemana Anda harus menjual barang atau jasa Anda, langsung Anda bergerak jangan tunggu orang lain karena seorang salesman  harus mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Banyak tenaga pemasaran yang masih malu ketika dia harus berjualan sendiri dan menunggu orang lain untuk memulainya. Sikap seperti ini tidak boleh dimiliki oleh seoramg salesman. Siapapun yang mau untuk menjadi sesuatu harus siap memulai.

Antusias

Dalam bahasa Yunani "antusiasme" berarti api, yang artinya gairah yang membakar dalam diri kita dan menjadi bahan bakar dalam perjalanan menuju kesuksesan.
Berantusias dalam pekerjaan akan membuat Anda bersemangat dalam menjalani profesi sebagai seorang salesman, dan akan berakibat Anda akan ketagihan untuk melakukan penjualan lagi dan lagi. Lakukan saja pejualan dengan antusias sekalipun banyak yang menganggap rendah pekerjaan ini.

Tidak Cepat Putus Asa
Jadikanlah diri Anda sebagai seorang pemenang sekalipun mengalami penolakan berkali-kali. Mungkin Anda yang ada dalam bisnis Insurance sering mendengar akan pepatah ini: "The winner sees answers for every problem, the looser sees  problems in every answer". Sekalipun belum laku terjual jangan gampang putus asa, yakinkan dalam diri Anda bahwa Anda akan menjadi seorang yang bisa menemukan jawaban dalam setiap penolakan. Bergairah kembali melakukan penjualan sekalipun kelihatannya belum ada tanda-tanda positif dari para calon pembeli. Halangan atau rintangan seberat apapun pasti ada jalan keluar yang akan membuat Anda menjadi seorang pemenang.

Positif Thinking dan Jangan Mengeluh
Ketika mengalami penolakan dari calon pembeli biasanya pikiran negatif akan memainkan peranannya. Dia akan berkata kepada Anda bahwa anda tidak pandai menjual, sulit sekali untuk menjadi seorang salesman sudah habis waktu, tenaga dan pikiran, dan masih banyak pikiran-pikiran negatif lainnya yang berbicara ketika Anda belum berhasil menjual. Tetapi Anda harus membalikan semua pikiran negatif itu menjadi positif. Bahwa Anda akan berhasil menjual, dan apa yang telah Anda korbankan tidak akan pernah sia-sia. Masukan dalam pikiran Anda bahwa barang atau jasa yang Anda jual pasti laku dan mendatangkan keuntungan bagi Anda.

Ulet dan Bekerja Keras
Seorang salesman harus siap menjalankan apapun dalam menjalankan profesinya, siap menguras tenaga dan pikiran agar barang atau jasanya laku terjual di pasaran. Berfikir secara kreatif sekalipun pintu ditutup masih bisa lewat jendela, dan mencari strategi  bagaimana caranya agar bisa lewat jendela. Sekalipun belum berhasil coba dan coba lagi sampai berhasil.

Rendah Hati
Maksudnya adalah siap untuk menjadi seorang salesman yang mau dikritik dan dikoreksi.  Seseorang yang mau maju harus merubah segala sesuatu yang menjadi penghalang didalam pekerjaannya dan berubah ke kondisi-kondisi yang lebih baik.
Selain itu juga siap untuk diajar dan belajar.  Sekalipun Anda telah sukses menjadi seorang salesman yang berhasil Anda tetap harus rendah hati mau belajar karena dunia marketing adalah dunia pembelajaran yang tidak akan pernah berhenti.

15 Mei 2011

Waktu Bertahan Di Tempat Kerja


Oleh : Ita Ratna

Berpindah kerja ke tempat lain itu merupakan hal yang biasa. Tapi, tidak boleh sembarangan, kuasai rambu-rambunya agar tidak tersesat. bagaimana cara yang efektif untuk melamar pekerjaan ke tempat lain sementara Anda masih terdaftar dan terikat di satu perusahaan?

Untuk itu Anda harus mempelajari situasi, kapan waktu yang tepat untuk membuat resume dan menyiasati waktu untuk melakukan interview di sela-sela waktu kerja. Dalam hal ini Anda harus mendapatkan pekerjaan baru tanpa menimbulkan anggapan tidak enak di mata rekan-rekan, terlebih bos Anda.

Jaman sekarang bukan asing lagi, bagi seorang wanita untuk pulang malam dari pekerjaannya. Bahkan hal ini sudah menjadi kebiasaan , untuk seorang  wanita dapat bekerja sampai larut malam.

ISTILAH berangkat pagi-pulang malam sepertinya sudah bukan julukan aneh bagi wanita aktif. Jika ditanyakan kembali, setimpal reward yang didapat dengan apa yang sudah Anda korbankan?

Ya, ada kalanya kita tidak puas dengan penghasilan, maupun jam kerja perusahaan tempat kita bekerja. Sebagian masyarakat sendiri masih beranggapan bahwa dua tahun adalah waktu yang tepat untuk beralih ke pekerjaan baru. Benarkah demikian?

“Jika kita tidak berkontribusi di perusahaan itu, dan rekan kerja lain melihat kita tidak bermanfaat, rasanya setahun di sana pun terkesan lama,”

Kita memerlukan  trik untuk kita menilai diri apa yang harus dilakukan, terutama dengan mempertimbangkan kondisi tempat kita bekerja.

“Di manapun kita bekerja, faktor like and dislike pasti ada. Suasana bekerja itu penting, tapi lebih penting lagi ialah ruang untuk kita berkontribusi agar atasan tidak melulu mencari kesalahan. Saat kita tahu kita bekerja di perusahaan yang menyebalkan, dengan atasan yang menyebalkan juga, buat apa kita masih bertahan?,” tegasnya.

“Keadaan itu bukan salah kita. Sebaliknya adalah salah kita bila masih bertahan. Sekarang, tergantung bagaimana kita memperbaiki keadaan agar lebih baik untuk diri sendiri.

Sudah Efektif Dan Efisienkah Anda Memanage Seorang Karyawan?


Oleh : Rulofine Handayani

Istilah memanage adalah mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Kita akan melihat secara jelas ketika kita memperhatikan semua karyawan yang ada di kantor, dimana akan banyak sekali karyawan yang kadang-kadang kurang untuk mengefektifkan dan mengefisienkan waktu kerjanya dengan baik. Hal ini seperti yang saya lihat dan perhatikan di kantor saya sendiri dimana ada seorang karyawan yang selalu datang terlambat ke kantor lalu sampai di kantor karyawan tersebut tidak langsung mulai bekerja malahan sibuk pesan makanan dulu,kemudian berdandan baru kemudian mulai bekerja. Pemandangan ini sangat tidak baik sekali dilihat, sebab karyawan tersebut sudah membuang waktu kurang lebih 1 jam untuk habis dipakai hal-hal yang tidak efektif dan tidak efisien dan benar-benar sia-sia saja.
Kalau kondisi seperti ini ada di kantor kita, maka orang yang pertama kali harus bersikap tegas untuk memanage atau mengarahkan karyawan tersebut adalah seorang atasan setelah itu baru HRD. Mengapa demikian? Ya dikarenakan seorang atasan harus bisa mengenal dan mengetahui kondisi karyawannya apakah karyawan tersebut memiliki performance yang baik atau tidak. Hal ini bisa dilihat dari sikap,perilaku bekerja,apa yang dia lakukan dan kerjakan apakah hal ini efisien atau tidak? Sebab jikalau dikatakan efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Lalu bagaimana caranya supaya karyawan tersebut bisa dimanage secara efektif dan efisien? Caranya adalah atasan tersebut harus memberikan couching atau memberikan nasehat kepada karyawan tersebut untuk belajar lagi disiplin dalah hal bekerja supaya waktu kerja efektif dan efisien sehingga karyawan tersebut kembali diingatkan tentang aturan dan cara bekerja bahkan kalau karyawan tersebut masih melakukan hal yang sama dan belum berubah atasan bisa memberikan teguran dengan meminta HRD memberikan surat peringatan.
Di saat kondisi seperti ini, maka HRD bisa membantu untuk mengadakan pendekatan secara pribadi kepada karyawan tersebut dengan cara mengulang dan mengingatkan tentang cara dan aturan yang baik ketika bekerja, apa tujuan bekerja dan apa fungsi serta tugas-tugas yang harus karyawan tersebut lakukan sehingga karyawan tersebut bisa berubah dan bisa menjalankan pekerjaannya secara efektif dan efisien. Semoga dengan cara diatas maka kita berharap karyawan tersebut bisa berubah untuk melakukan pekerjaannya secara efektif dan efisien namun hal ini harus terus dimonitor terus oleh atasan dan jika masih belum ada perubahan apa-apa maka karyawan tersebut bisa diberikan surat peringatan.